Friday, October 2, 2015

Tipe-Tipe guru

Tipe-Tipe guru


"Guru Biasa Memberitahukan, Guru Baik menjelaskan, Guru Ulung Memperagakan, Guru Hebat mengilhami"
……………………
Sekolah internat Al Kausar, jalan Habib Desa Babakan Jaya, Parung Kuda, Sukabumi menyelenggarakan workshop pembuatan blog untuk guru dan staf intern sekolah tersebut pada 11 Maret 2008. Latihan kerja itu ditekankan pada masalah isi (konten) blog untuk guru. Pembicara: Kelik M. Nugroho, (jurnalis dan penulis yang mengelola blog resensi guru ARAH GURU). Referensi: Wikipedia dan lain-lain. Berikut ini isi makalahnya dalam bentuk pertanyaan dan jawaban.
Apa pengertian blog?
Blog (dari web log) adalah sebuah website di mana masukan (entries) ditulis dalam bentuk kronologis dan umumnya tertayang di layar berurutan secara terbalik. Blog menyajikan komentar atau berita tentang subyek khusus seperti makanan, politik, atau peristiwa lokal; beberapa fungsinya lebih sebagai buku harian online. Umumnya blog merupakan kombinasi antara teks, gambar, juga video, dan bertaut dengan blog lain, situs, lain atau media lain yang topiknya terkait. Kemampuannya untuk menampung komentar dari pembaca dalam bentuk interaktif menjadi bagian penting dari banyak blog.
Keunggulan blog?
Publishable (langsung bisa tayang, tanpa sensor), findable (mudah ditemukan), social network (membuat jaringan sosial), viral (menyebar seperti getok tular tradisional), syndicatable (bisa dikelompokkan), linkable (bisa tersambung ke blog dan situs lain).
Bagaimana mencari penyedia layanan pembuatan blog?
Ada sejumlah penyedia layanan pembuatan blog (disebut blog hosting service) di internet. Mereka antara lain blogger.com, wordpress.com, dan sekarang ada yang dari Indonesia, yaitu dagdigdug.com. Mereka menyediakan software yang siap pakai dan gratis. Cara mengunduhnya pun hanya memerlukan tiga langkah. Yang penting anda memiliki alamat email.
Mengapa guru perlu membuat blog?
Senyampang membuat blog itu gratis dan gampang, maka blog adalah anugerah yang harus disyukuri manusia. Rasa syukur itu bisa diekspresikan dengan cara memanfaatkannya untuk kepentingan sosial. Guru yang membuat blog berarti telah menjadikan dirinya mahluk sosial yang lebih berarti. Bayangkan, misalnya seorang guru sejarah selama setahun mengajar untuk 50 anak. Dengan membuat blog, guru yang meletakkan naskah pelajaran sejarahnya di blog, pelajarannya akan dibaca oleh 3600 orang, bila diandaikan blognya dikunjungi 10 orang setiap harinya selama 360 hari. Artinya, secara kuantitas, ilmu blogger guru sejarah itu berarti untuk orang 72 kali lebih banyak dibandingkan bila ilmunya hanya diajarkan di ruang kelas saja.
Secara kualitatif, pengajaran melalui blog bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Mengapa? Karena blog ini peranti canggih yang dilengkapi dengan mesin pencari (search engine), mesin penghubung (linkable), dan peranti lunak untuk menampilkan gambar dan video, dan lain-lain. Guru yang mengajarkan pelajaran agama Islam, misalnya bisa menampilkan satu naskah pendek tentang sejarah Nabi Muhammad yang disambungkan ke entries-entries penting dari Wikipedia. Misalnya, menyebut Mekkah, lalu disambungkan ke entries Mekkah di Wikipedia. Dan lain sebagainya. Pendek kata, mengajar yang dilengkapi dengan blog guru akan lebih efektif, efisien, dan menghibur.
Persiapan sebelum membuat blog?

Secara teknis, Anda hanya memerlukan sebuah alamat email. Kalau belum punya, silakan anda bikin ke Yahoo.com atau Google.Com. Anda hanya harus mengisi formulir berisi pertanyaan data pribadi anda. Semuanya gratis.

Persiapan materinya, ya cukup materi pelajaran yang selama ini Anda geluti dan kuasai saja. Dengan kerangka “blogging mindset”, kita insya Allah akan mengarah dengan sendirinya untuk mendesain isi blog agar semakin hari semakin cerdas.
Tema blog yang bisa ditulis?

Sebetulnya tema blog yang bisa ditulis bisa bebas sekali. Cuma untuk kepentingan efektivitas pengajaran, tentu tema yang sebaiknya dipilih oleh guru sesuai dengan bidang kompetensi masing-masing. Yang harus dipegang teguh dalam hal ini adalah tujuan membuat blog untuk pengajaran, yaitu agar proses transformasi pengetahuan dan nilai berlangsung secara efektif, efisien dan menyehatkan.

Keuntungan memiliki blog guru?
1. Meningkatkan kompetensi. Dengan mengelola blog, guru secara tidak langsung dituntut untuk meningkatkan kompetensi sesuai bidangnya. Malu dong kalau muncul di layar internet yang bisa dibaca orang seluruh dunia ehhh kelihatan  bodohnya.
2. Aktualisasi diri. Dengan mengelola blog, secara psikologis guru terpenuhi salah satu kebutuhan psikologisnya, yaitu aktualisasi diri. Ada perasaan diakui orang lain dengan banyaknya kunjungan dan komentar di blog.
3. Panggung sosial. Ini untuk tak mengatakan bahwa dengan membuat blog, otomatis nama seseorang akan lebih dikenal lebih luas dan lebih populer.
4. Pendapatan tambahan. Banyak blog yang sekarang ini dikabarkan mampu menghasilkan uang dari para pemasang iklan.
5. Transformasi ilmu. Tentu yang diuntungkan adalah para murid yang ingin menguasai ilmu secara lebih efektif, efisien dan menyehatkan.

Sekilas Arah Guru?
Blog Arah Guru dikelola secara pribadi oleh Kelik M. Nugroho, seorang jurnalis di Jakarta, sejak September 2007. Blog ini berisi resensi blog guru, dan bonus artikel. Blog guru yang dipilih disyaratkan paling tidak diperbarui setiap bulan. Jumlah posting: 13 resensi, 2 bonus artikel, 2 catatan harian, 26 komentar. Rata-rata pengunjung berkomentar positif. Blog ini hingga 10 Maret 2008 diklik 1590 kali. *
………………………………

5 cara menjadi guru yang kreatif

Pak Agus, met ketemu lagi pertemuan kita di pelatihan guru kreatif di semarang,  masih ada yang kurang maka saya tanyakan kepada bapak, guru kreatif itu guru yang bagaimana ? sementara dengan program sekolah gratis berdampak pada sekolah kurang kreatif yang mengimbas pada gurunya, mohon pak agus kami beri solusinya, trim
Surat dari bapak Agus Suyono di Semarang yang dikirim melalui surat elektronik.
Bagaimana cara menjadi guru kreatif? wah ini baru pertanyaan yang seru. Dikarenakan sejak blog ini dibuat tidak ada satu artikel pun yang mengarah langsung kesana. Hal yang saya lakukan adalah banyak-banyak menulis artikel tentang metode pembelajaran tanpa memberi cap pembelajaran kreatif.
Tetapi membaca pertanyaan pak Agus Suyono di atas seperti menyadarkan saya bahwa menjadi guru kreatif bukannya sekedar membuat anak senang dan enjoy oleh permainan (games) yang seru, segar dan lucu selama pembelajaran berlangsung. Tapi juga selayaknya guru mencari metode pembelajaran yang bermakna dan membuat anak bisa semakin mengerti apa yang guru ajarkan dikelas
Dalam artikel ini akan saya tuliskan, kondisi apa saja yang membuat guru bisa menjadi kreatif bahkan tanpa harus menggunakan metode pembelajaran yang terbaru. Sumber saya dapatkan dari www.edutopia.com
Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual
Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberik keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat.
Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menhargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya salaing mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan.
Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan intruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.
Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.
Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? “
Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran.
Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif. Namun membutuhkan latihan dan  latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.
5 menit terakhir yang menentukan
Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.
Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.
Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.
Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita. Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?
Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.
Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan kepada siswa di kertas soal.
Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal dengan salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar tapi dengan tidak yakin (confused). Menarik bukan ?
guru-kreatif
Biarkan siswa memberi tanda silang (X) pada tempat dimana dia merasa cocok.
Credit: Courtesy of Tristan de Frondeville
……………………………

3 prinsip dalam pembuatan portfolio siswa

 

Dalam dunia periklanan dan promosi saat seorang desainer ingin bergabung dengan sebuah perusahaan periklanan, biasanya membawa sebuah dokumen yang disebut portfolio. Isinya antara lain karya-karya yang terbaik yang dihasilkan dan diharapkan bisa membuat citra yang positif mengenai kemampuan kreatif sang desainer.
Dalam dunia pendidikan istilah portfolio ada saat guru ingin mengajukan dirinya agar disertifikasi. Isinya semata sertifikat dan penghargaan yang membuktikan bahwa guru tersebut layak diberikan predikat guru profesional menurut standar UU sertifikasi.
Siswa tidak kalah dengan gurunya, juga punya cara agar hasil karya terbaiknya bisa terekam dan membuat orang lain yang melihatnya bisa menjejak perjalananya sebagai pembelajar.
Caranya adalah dengan membuat portfolio. Portfolio mempunyai beberapa prinsip mereka adalah
  1. collect artinya mengoleksi, dalam tahap ini guru semestinya melakukan himbauan pada siswa agar mereka sadar mana karya mana yang kira-kira bisa dijadikan portfolio. Dengan demikian mereka selalu berusaha menghasilkan yang terbaik.
  2. Select artinya memilih, libatkan siswa saat akan memilih portfolio, ada banyak karya yang mereka hasilkan dalam setiap mata pelajaran namun uniknya mereka punya alasan tertentu ketika mereka memilih sebuah karya untuk dijadikan portfolio.
  3. reflect artinya menggambarkan sesuatu, saat sudah melibatkan siswa dalam menentukan karya nya yang akan dijadikan portfolio, jangan lupa untuk menanyakan alasannya serta dokumentasikan atau catat alasan siswa memilih karya yang telah dihasilkan.


No comments:

Post a Comment